Tuesday, January 3, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu di SMP


Proses pembelajaran di sekolah, masih ada yang berpendapat bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan yang pemahamannya cukup dilakukan melalui penjelasan dan pemberian contoh-contoh. Pendapat tersebut, berdampak pada pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, jika dianggap sebagai pengetahuan yang dapat ditransfer, maka pembelajarannya cenderung pada pemberian informasi, mengerjakan contoh-contoh soal dan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa. Sementara itu, kegiatan siswa lebih banyak mencatat dan merangkum buku. Jika hal tersebut masih dilakukan, maka dalam mempelajari pengetahuan IPA, siswa akan lebih banyak belajar menghafal fenomena dan konsep-konsep, tetapi tidak dilatih untuk  memahami suatu konsep berdasarkan pengalaman.
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa, dalam pembelajaran IPA, siswa perlu berinteraksi dengan lingkungannya, baik berupa alam kehidupan, fisik, sosial, maupun budaya yang dapat mempengaruhi perolehan pengetahuan di sekolah. Hal ini membawa implikasi pada pendekatan proses pembelajaran di sekolah. Johnson Elaine B., dalam  Mohamad Nur (2004)  bahwa “Teaching should be offered in context. Learning in order to know should not be separated from learning in order to do”. Pesan tersebut mengimplikasikan bahwa pembelajaran yang dikembangkan di sekolah seharusnya mengacu pada 3 hal, yaitu 1) menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, 2) mempelajari konsep abstrak dengan melakukan aktivitas praktis, dan 3) menghubungkan pelajaran di sekolah dengan dunia nyata.
Sehubungan dengan pembelajaran IPA, Depdiknas (2006) memberi arahan, agar pembelajaran di sekolah menerapkan pendekatan-pendekatan di bawah ini.
a.    Pendekatan yang memuat 4 pilar pendidikan, yaitu “learning to do, learning to know, learning to be and learning to live together”.
b.    Inquiry atau menemukan
c.    Konstruktivisme
d.    SETS atau Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat
e.    Pemecahan Masalah.   

Berbagai pendekatan tersebut, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan motivator, daripada sebagai pemberi informasi atau pengetahuan. Pengetahuan diperoleh siswa pada saat siswa melakukan eksplorasi terhadap gejala atau fenomena yang terjadi.
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.
Konsep-konsep IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapannya perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Diharapkan pembelajarannya memberikan penekanan untuk menghubungkaitkan unsur Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat, yang diarahkan pada pengalaman belajar, untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Depdiknas, 2006).
Dalam pembelajaran IPA, menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar, dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan dan tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara ikuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan kerja ilmiah dan sikap ilmiah.
Dalam pembelajaran yang efektif guru harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap cara belajar siswa. Setiap siswa memiliki hak untuk belajar dan memahami pelajaran. Kewajiban seorang guru untuk menghormati hak tersebut dan menjamin setiap siswa mampu mempelajari dan memahami apa yang diajarkan oleh guru.
Hakekat IPA yang dipelajari di SMP meliputi empat unsur utama yaitu:
a.       Sikap
Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended.
b.      Proses
Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan ekperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
c.       Produk
Berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
d.      Aplikasi
Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam mellaui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuawan bekerja dalam menemukan fakta baru.

Tujuan pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahnnya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup serta proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7 – 14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selian itu , peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu maka pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Disamping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah. Keterpaduan bidang kajian dapat mendoorng guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain.
2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaita atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru.
3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga dan saranda serta biayasa karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
Kekuatan pembelajaran IPA terpadu yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai beirkut
1.    menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian (energi dan perubahannya, Hukum  kekekalan energi, Aliran Energi dan Fotosintesis) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan
2.      siswa dapat melihat hubungan yang bermakna antar bidang kajian
3.    meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa, kareba siswa dihadapkan pada  gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
4.      motivasi belajar siswa belajar dapat diperbaikai dan ditingkatkan
5.      membantu menciptkan sturktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa dengan pengalaman belajar yang terkait.
6.      akan terjadi peningkatan kerjasama guru antar guru bidang studi terkait,

Pembelajaran IPA terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu siswa dalam beberapa aspek yaitu:
1.      siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri
2.      siswa menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajari
3.  siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis dan melakukan kegitan penyelidikan masalah yang sedang dipelajari
4.      memperkuat kemampuan berbahasa siswa
5.    belajar akan lebih baik bila siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (Depdiknas, 2006).

0 komentar:

Post a Comment